Dulu, Sangat Dulu

Di sebuah malam pekat, aku terjaga. Membolak-balikkan tubuh, ke kiri, ke kanan, namun tak ada pertanda akan kembali terpejam. Hingga dua jam berlalu aku masih melihat gelap di atas sana, langit-langit kamar yang hitam. Berbagai hal berkelebat di benakku. Merenungi usia yang telah meninggalkan remaja akhir beranjak ke dewasa awal, hal-hal yang telah kulakukan selama diberi napas, hal baik, hal buruk, cita-cita yang berganti-ganti, hingga kawan yang juga berganti-ganti.

Ada orang-orang yang lalu memenuhi kepalaku. Beberapa perempuan cantik yang cukup dekat, lebih tepatnya pernah dekat. Mungkin mirip kawan se-geng. Tapi itu dulu. Sangat dulu. Semasa status mahasiswa baru saja melekat di diri. Mahasiswa yang sangat senang berada dalam gerombolan, mencari tempat istirahat dan tempat makan bersama. Mungkin perlu kusebut satu per satu perempuan yang pernah membuat masa awal kuliahku begitu menyenangkan. Ada Salma, kawan SMA yang baru menjadi kawan sejak kuliah, Fita, perempuan yang bekalannya sering diserbu di kelas, Fildza, anak tunggal yang menjadi 'kembaran' Fita, Claren, si bocah cilik Sulawesi yang datang dari Jakarta, Monic, perempuan cantik nan anggun dengan rambut tergerai indah, dan Febby, si anak sulung yang paling muda di antara perempuan tadi. Totalnya ada tujuh perempuan cantik jika digabungkan dengan diriku.

Ada banyak hal yang telah berubah. Orientasi yang berbeda membuat kita memilih jalan sendiri-sendiri. Mungkin tidak sepenuhnya memilih sendiri-sendiri. Ada yang masih tetap bersama namun menemukan dunia yang lebih baru.

Tak banyak yang ingin kukatakan, kawanku. Kalian pun mungkin bisa mengenang sendiri tanpa perlu kuceritakan. Hanya ingin kusampaikan, jika nanti kita tak sengaja bertemu di jalan, di tempat makan, di pusat perbelanjaan, atau di tempat mana saja, jangan pernah untuk tidak menyapaku, menyalamiku, atau bahkan memelukku. Terima kasih untuk pertemanan singkat yang indah.

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

Suamiku

eLPiDiPi Kali Kedua