Antara kaki, Biskuit dan Seratus Persen Lagu Enak

Mengapa judulnya harus "Antara Kaki, Biskuit dan Seratus Persen Lagu Enak"?
Karena ada kisah lucu, unik dan gila di dalamnya. Semua berawal dari perjalanan menuju Tanjung Bayang.
Inilah kisahnya..

Sudah kurang lebih tiga ratus enam puluh hari aku dan dua puluh tiga kawan lainnya bekerja di tempat yang sama. Tepatnya di sebuah radio non profit, namanya Radio Kampus EBS FM Unhas Makassar. Tentu bukan hal yang mudah bekerja sambil berkuliah. Mungkin lebih tepat jika disebut berkuliah sambil bekerja. Karena kami semua memang masih mahasiswa dari berbagai jurusan di kampus Unhas. Menjadi bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Radio Kampus EBS FM Unhas sudah menjadi pilihan kami sejak awal tahun dua ribu tiga belas lalu. Melewati proses pemagangan yang cukup melelahkan selama tiga bulan lalu resmi diterima sebagai kru. Beberapa bulan kemudian resmi pulalah kami menjadi pengurus dari Radio Kampus EBS FM Unhas. Jabatan sebagai Adminisrtation Manager pun dilimpahkan kepadaku. Sebuah posisi yang tidak mudah untuk anak yang sama sekali tidak mengerti persuratan, bahkan sangat membenci yang namanya persuratan. Tapi entah mengapa saat itu aku tak bisa menolak. Maka selama setahun aku disibukkan dengan pekerjaan surat-menyurat. Begitu juga dengan kawan-kawan yang lain. Masing-masing bekerja dalam divisinya.



Sampailah kita di penghujung kepengurusan. Musyawarah Besar atau yang kerap kali disebut mubes sudah menjemput dan siap menjadi tempat evaluasi untuk kinerja kita selama satu periode. Dua puluh empat hingga dua puluh enam Oktober kemarin aksi pembantaian berlangsung di Tanjung Bayang. Satu per satu dievaluasi hingga berakhir dengan sangat mengharukan; Laporan Pertanggunjawaban kami diterima. Seketika memori setahun terakhir tentang EBS menyelinap di ingatanku. Kawan-kawanku, aku akan merindukan bekerja bersama kalian.

Berhenti dari momen mengharukan karena kita akan tetap bertemu di periode selanjutnya. Mengingat jumlah kru baru yang minim, maka kita yang angkatan dua ribu dua belas akan tetap menjadi pengurus. Oh God. Padahal aku ingin bebas, lepas, melayang jauh, hanya datang untuk becuap-cuap di depan mic sambil menyetel mixer. Tapi mau bagaimana lagi, sepertinya kita memang ditakdirkan untuk melanjutkan kebersamaan, kawan.

Kurasa, mungkin inilah mubes yang paling tidak serius yang pernah kutemui. Bagaimana tidak, from the beginning till the end, semua dipenuhi dengan gelak tawa karena tingkah dan tuturan dari kru-kru yang tak ayal membuat perut serasa berguncang. Yang kutahu, momen mubes itu sangat sakral. Tapi beda halnya dengan mubes di EBS. Sama sekali tak ada kata sakral. Semua selalu saja mengarah pada hal-hal yang gila. Termasuk momen biskuit, kaki dan seratus persen lagu enak. Saat sidang sedang berlangsung, ada berpiring-piring biskuit yang digilir agar semua dapat bagian. Aku duduk di antara Danis dan Syifa. Danis selalu saja menitip biskuit untuk dilewatkan padanya, dan akulah yang paling dekat dengan si biskuit. Di tengah keasyikan kita bersama para biskuit, terlemparlah sebuah gantungan bertuliskan seratus persen lagu enak ke arah kaki Syifa. Sontak kita berebut. Tak ada yang ingin mengalah. Sidang pun terganggu karena aksi heboh itu. Lama sekali kita berjubel dengan gantungan fenomenal itu. Betapa tidak, itu adalah tagline dari salah satu radio komersil yang saat ini mendapat pendengar terbanyak karena lagu-lagu hitsnya yang membuat kita serasa tak mau berganti channel. Ada persaingan, ada akhir, ada pemenang, dan Syifa lah pemenangnya. Kita masih hanyut dalam kehebohan yang menarik perhatian seluruh peserta sidang. Hah. Ini semua karena ulah kak Febby, senior EBS yang juga menjadi penyiar radio dengan tagline lagu enak itu. Sebelumnya kita memang sudah berebut meminta gantungan, tapi tak ada tanda-tanda ia akan memberikannya. Lalu kita dikagetkan dengan ulahnya yang melempar gantungan itu.

Antara kaki, Biskuit dan Seratus Persen Lagu Enak

Sidang berlanjut hingga sore hari. Di tengah-tengah pending, semua hanyut dalam penayangan ulang pesta pernikahan sepasang selebriti yang begitu mewah dan heboh yang disebut-sebut sebagai pesta pernikahan terwow dekade ini di kalangan selebriti. Ada yang kagum, ada yang ingin menjadikan pesta pernikahannya kelak seperti itu, ada juga yang sama sekali tak menyukainya.

Beranjak dari depan TV, semua kembali fokus pada sidang. Setelah sidang berakhir dengan meninggalkan beberapa agenda yang masih akan dilanjut di studio, waktunya pulang. Sungguh aku sudah tak tahan dengan aroma menyengat yang datang dari diriku. Aku ingin mandi di kamar mandi pondokankuu.. Aku ingin pulang.

Kalau sebelumnya kita menumpangi mobil biru yang kerap kali disebut pete-pete, kali ini kita dapat tumpangan dari salah seorang kru senior. Dialah kak Aril. Kakak dengan segudang kalimat fragmatik yang berkualitas. Tentu tak kalah mengocok perut. Aku mendapat tempat terdepan bersama kak Febby. Oh God. Berat badan kak Febby yang di atas rata-rata membuatku harus menahan napas karena terhimpit. Aku tahu ia pasti sangat terganggu dengan bau asem yang menyeruak dari badanku. Haha. Maaf kak, sudah mengganggu indra penciumanmu. Pulanglah kita. Sampai di studio. Agkat-angkat barang. Lalu pulang ke pondokan masing-masing.

Sidang masih dilanjut keesokan harinya. Agenda pemilihan ketua EBS. Tengdengdeng... Selamat untuk Khalis yang terpilih sebagai ketua, setelah persaingan sengitnya dengan Ucu' dan Aidil. Selamat juga untuk kak Fahmid, kak Bamz dan kak Mita yang terpilih sebagai Dewan Kehormatan. Selesailah aku dengan semua surat-suratku. Selamat tinggal jabatan Administration Manager. Terimakasih sudah mengajarkan banyak hal selama setahun terakhir. Semoga EBS semakin jaya dan terus mengudara.

Seminggu yang tak terselesaikan
Perpus Pusat, pondokan, studio EBS
dan berakhir di perpus FIB.










Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

Suamiku

eLPiDiPi Kali Kedua