Merah Putih

Tulisan ini tidak akan bercerita tentang bendera, nasionalisme atau semacamnya. Melainkan tentang bagaimana warna merah dan putih yang hari ini turut menambah deretan kisah lucu, konyol, melelahkan dan tentu saja menyenangkan.

Kisah ini berawal dari ajakan seorang kawan lama. Sebetulnya belum lama, kawan SMA. Sebut saja dia Mas Rinja. Ia mengajakku di dunia maya yang bernama FB untuk ikut meramaikan aksi hunting free ice cream walls. Gretongan? Siapa yang tidak mau. Hahha. Tentu kuiyakan.

Jauh sebelum acara es krim itu, sudah ada hal lain yang telah lebih dulu mengisi daftar agendaku di hari yang sama: Jalan Sehat bersama Sahabat Rakyat. Itu loh, acaranya salah seorang calon presiden. Karena ada doorprize yang menggiurkan, juga sudah kupastikan untuk ikut.

Jadilah hari mingguku tidak seperti minggu biasanya. Kalau biasanya aku akan tidur sepuasnya sampai matahari mungkin jengkel melihatku karena tidak segera menyapanya, maka minggu ini aku bahkan sudah mandi di pagi-pagi buta. Tentu saja untuk mengikuti jalan sehat itu.

Aku, Mas Rinja, dan seorang kawan lagi bernama Salma berangkat. Kami menyusuri jalan sahabat yang masih lengang. Udara masih segar. Belum ada aktivitas yang berarti. Belum ada polusi asap kendaraan. Aku dan Salma mengenakan pakaian putih. Tapi Mas Rinja sangat kontras. Ia mengenakan pakaian merah. Padahal kan acara jalan santai ini katanya harus pakai pakaian berwarna putih. Tapi sudahlah. Biarkan saja.

Hampir satu jam kami menanti pete-pete dengan angka 05 tapi iatak kunjung datang. tak ada rotan, akar pun jadi. Karena hanya pete-pete 07 lah yang selalu melintas, maka kami memutuskan untuk menumpanginya lalu melanjutkan perjalanan dengan pete-pete Daya-Sentral setelah keluar dari area kampus.

Kami berakhir di MTC lalu melanjutkan perjalanan dengan kaki menuju lapangan karebosi. Tampaklah lautan manusia dengan kostum berwarna serupa denganku dan Salma. Alhasil, Mas Rinja menutupi kemerahannya dengan jaket yang sedari tadi ia bawa.

Baru aku tahu kalau ternyata harus mengenakan pakaian berwarna merah kalau mau dapat es krim gratis. Kupikir acara jalan sehat dengan wajib baju putih ini juga bagian dari acara makan es krim. Ternyata ini dua acara yang berbeda. Hahha.

Setelah seorang kawan yang kami nanti di sudut Karebosi datang, si Syifa, kami langsung masuk ke lapangan. Ratusan bahkan mungkin ribuan (hanya dugaan :D) manusia sudah memenuhi setiap sisi dari lapangan ini. Kupon doorprize yang tadinya ingin kami masukkan ke box tak kkunjung mendapatkan box. sementara kami juga khawatir kalau es krim di Losari sudah habis diserbu. Rencananya kami akan memanfaatkan Mas Rinja untuk mendapatkan es krim. Behubung hanya dia yang memakai baju merah.

Lelah mencari si box yang tak kunjung menampakkan diri, kami memutuskan untuk pergi saja dari sini. Tinggalkan saja Karebosi menuju Losari. Pupuslah harapan untuk mendapatkan hadiah doorprize umrah, hadiah mobil, atau handphone. Biar sajalah. Mari mencoba peruntungan di Losari

Slogan seribu langkah per hari sepertinya telah kami lakoni hari ini. Berjalan kaki dari lapangan karebosi tidak sedekat yang kubayangkan.  Tenaga terkuras habis. Betis serasa mau pecah. Sungguh hari yang melelahkan.

Hamparan manusia dengan kostum merahnya berseliweraan memenuhi anjungan. Tentu saja mereka bagian dari pemburu es krim gratis. Aku, Mas Rinja, Salma dan Syifa berjalan dengan penuh semangat begitu melihat stand dari Walls. Sebentar lagi. Sebentar lagi tenggorokan kita akan diisi.

Hah? Kupon gratisannya sudah habis?? Semangat yang tadinya menggebu-gebu menguap begitu saja saat mendengar seseorang yang mungkin kasihan melihat wajah-wajah penuh harap ini menyampaikan berita buruk itu. Ternyata memang sudah habis. Oh God. Besar sekali cobaanmu hari ini. Kami sudah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan doorprize, lagi-lagi kami juga harus berbesar hati kehilangan es krim gratis.

Sudahlah. Pasti ada hikmahnya. Mari kita pulang, kawan. Baru saja kami memblatkan tekad untuk pulang, tiba-tiba seorang ibu menghampiri kami untuk menawarkan naik bebek-bebek. Awalnya kami menolak. Terlalu mahal. Setelah bernegosiasi kami sukses mendapat penurunan harga yang drastis. Dari empat puluh ribu menjadi dua puluh lima ribu rupiah!

Tibalah kami di atas laut dengan bebek-bebek itu. Ada beberapa penumpang lain yang ikut menyaksikan kehebohan kami di atas perahu bebek itu. Kondisi laut yang sangat menyedihkan. Kotor dan berbau. Sayang sekali jika tempat yang sudah menjadi icon kota Makassar ini tercemar.

 Segelintir kehebohan di atas perahu bebek :D

Sebetulnya kami belum puas bermain-main di atas laut. Tapi apa mau dikata, perahunya sudah kembali. Kalau mau naik lagi yah harus merogoh kocek lagi. Sudahlah. Mari kita turun dan pulang.

Kami berjalan menyusuri sepanjang anjungan. Kami lalu mampir di sebuah galeri seni. Ada lukisan dan karya-karya seni lainnya di dalam tempat ini. Seumur-umur aku ke Losari, baru kali ini aku memasuki tempat ini. Cukup menyenangkan mengenyangkan mata dengan lukisan-lukisan unik.


Puas berkeliling galeri, kami memutuskan untuk pulang. Kali ini benar-benar pulang. Tidak tersangkut-sangkut lagi di tempat lain. Aku, Mas Rinja menumpangi pete-pete menuju MTC. Sedangkan Syifa cukup berjalan beberapa meter saja sudah sampai di kediamannya.

Totally kami benar-benar pulang dengan tangan hampa. Tidak ada doorprize. Tidak ada es krim. Yang ada hanya capek. Bahkan yang lebih buruknya lagi, MAs Rinja kehilangan handphonenya. Kasihan anak itu. Sudah tidak dapat apa-apa, ditambah lagi kehilangan barang. Sabar yah, Mas. Pasti ada hikmahnya.

Tidak ada yang begitu indah bagi anak pondokan selain berbaring di tempat tidur saat lelah meraja. Itulah yang kulakukan. Bahkan aku tertidur untuk waktu yang tidak sebentar. Aku kehilangan waktu untuk menghadiri Kampus Fiksi Roadshow Penerbit Diva Press. Padahal sudah jauh-jauh hari aku merencanakannya. Hanya karena kelelahan dan tertidur, aku melewatkannya. Oh God. Ditambah lagi evaluasi pengurus di EBS, radio kampusku kutinggal karena tertidur part dua. Benar-benar terrible day.

Di balik buruknya hari ini, mari kita petik yang baik-baiknya saja: bisa masuk ke galeri seni, naik bebek-bebek bersama. Semua unplanning tapi menyenangkan. Mari bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bisa berjalan jauh, untuk bisa menikmati setiap yang Tuhan berikan.

Minggu, 11 Mei 2014

Postingan populer dari blog ini

Aku Seorang Ambivert

Suamiku

eLPiDiPi Kali Kedua