Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Menengok Masa Lalu

Gambar
Ada seseorang yang pernah bilang, semakin kau dewasa semakin banyak kau kehilangan masa. Kucerna baik-baik kalimat itu di hari bertambahnya usiaku. Seiring bertambahnya usia, kita memang telah meninggalkan banyak kisah. Banyak hal indah dan menyedihkan. Dilahirkan ke dunia ini tanpa goresan dan tanpa warna. Kita lah yang kemudian menentukan akan seperti apa kita. Akankah kita memilih merah, kuning, hijau, atau semua warna warni kehidupan? Di tahun aku menutup masa belasan tahunku, tepat di usia yang ke -20 ini, aku ingin sedikit mengenang kisah-kisah indah dan menyedihkan selama hidupku. Kisah penuh pergolakan emosi. Kisah yang sarat dengan kasih, rindu, amarah, mungkin juga sesal. Mari menengok diri sejenak di masa lalu.

Antara kaki, Biskuit dan Seratus Persen Lagu Enak

Gambar
Mengapa judulnya harus "Antara Kaki, Biskuit dan Seratus Persen Lagu Enak"? Karena ada kisah lucu, unik dan gila di dalamnya. Semua berawal dari perjalanan menuju Tanjung Bayang. Inilah kisahnya.. Sudah kurang lebih tiga ratus enam puluh hari aku dan dua puluh tiga kawan lainnya bekerja di tempat yang sama. Tepatnya di sebuah radio non profit, namanya Radio Kampus EBS FM Unhas Makassar. Tentu bukan hal yang mudah bekerja sambil berkuliah. Mungkin lebih tepat jika disebut berkuliah sambil bekerja. Karena kami semua memang masih mahasiswa dari berbagai jurusan di kampus Unhas. Menjadi bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Radio Kampus EBS FM Unhas sudah menjadi pilihan kami sejak awal tahun dua ribu tiga belas lalu. Melewati proses pemagangan yang cukup melelahkan selama tiga bulan lalu resmi diterima sebagai kru. Beberapa bulan kemudian resmi pulalah kami menjadi pengurus dari Radio Kampus EBS FM Unhas. Jabatan sebagai Adminisrtation Manager pun dilimpahkan kepadaku. Sebuah

September dengan Kisahnya

Gambar
Perjalanan ke bulan September terasa begitu singkat. Delapan bulan telah lewat dengan masing-masing kenangannya. Hari ini, di bulan ke sembilan tahun ini, aku ingin mengisahkan banyak kisah yang terekam hingga akhir September. Awal September yang terasa begitu berat akhirnya berlalu. Mengapa berat? Karena ada beberapa agenda yang cukup penting. Dimulai dari persiapan menuju lomba news reader dan announcer wanna be. Aku dan kawan-kawan di EBS harus bersibuk-sibuk ria menyelenggarakan acara ini. Acara yang menjadi rangkaian dari ulangtahun EBS yang ke-26. Sudah tua juga ternyata kau, EBS. Kalau manusia, mungkin sudah saatnya kau hidup dengan keluarga barumu. Tapi kau radio, radio kampus. Radio kampus EBS FM Unhas. Sudah beberapa generasi yang kau hasilkan. Aku juga ada di antara generasi itu. Semoga kelak bisa menjadi penyiar radio yang tak mengecewakanmu untuk ilmu yang sudah kucuri darimu. Baiklah. Kita kembali ke agenda. Setelah lomba, kesibukan tak berakhir di situ. Justru s

Musim Telah Berganti

Gambar
Pagi terasa begitu cepat menggulung malam. Adzan subuh segera membangunkanku dari tidur yang terasa seperti hanya satu kedipan mata. Sungguh terasa singkat. Mungkin efek terlalu lelah karena malam larut menjadi waktuku ke peraduan. Membasuh wajah dengan air wudhu yang menggigit kulit membuatku sedikit bergetar. Mengapa suhunya terasa lebih rendah dibanding hari-hari sebelumnya. Apa mungkin musim kemarau memang benar-benar akan menyapa. Yah. Mungkin saja. Belakangan cuaca dan iklim memang menjadi tak menentu. Begitu juga denganku, tak menentu dalam sikap. Ini tahun ke tiga aku belajar di perguruan tinggi sebagai seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa sastra Inggris. Seorang mahasiswa penerima beasiswa. Seorang mahasiswa pada umumnya yang tak hanya menghabiskan harinya dengan kelas dan tugas kuliah, tapi juga dengan sederet kesibukan lainnya. Sudah hampir setahun aku menjadi bagian dari Radio Kampus EBS FM Unhas. Menjadi pengurus tidaklah semudah yang kubayangkan. Benar-benar harus

Paragraf Tunggal

Aku ingin menuliskan sesuatu di halaman ini. Tapi entah apa yang ingin kutuliskan. Tak ada ide. Tak ada keinginan besar yang menggebu-gebu seperti sebelumnya. Aku merindukan saat-saat kalimat dengan mudahnya mengalir dari atas tuts keyboard. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Sudah beberapa purnama jemari ini tak menghasilkan kata-kata seperti tak mengenal huruf. Sepertinya harus kukenalkan kembali. Caranya? Mungkin harus banyak membaca lagi. Bukankah apa yang kita tuliskan adalah jiplakan dari yang kita baca? Tapi hasrat untuk membaca juga pasang surut. Saat ini dalam kondisi surut. Kapankah pasang itu datang agar aku bisa kembali menorehkan kalimat panjang berparagraf di halaman ini? Walhasil hanya curahatan hati singkatlah yang berhasil kuselesaikan. Itupun  hanya dalam paragraf tunggal. Akan kutemukan kembali kau hasrat baca-tulis yang lama hilang! 8/8/2014 menjelang sore di perpus Sastra Unhas

Merah Putih

Gambar
Tulisan ini tidak akan bercerita tentang bendera, nasionalisme atau semacamnya. Melainkan tentang bagaimana warna merah dan putih yang hari ini turut menambah deretan kisah lucu, konyol, melelahkan dan tentu saja menyenangkan. Kisah ini berawal dari ajakan seorang kawan lama. Sebetulnya belum lama, kawan SMA. Sebut saja dia Mas Rinja. Ia mengajakku di dunia maya yang bernama FB untuk ikut meramaikan aksi hunting free ice cream walls. Gretongan? Siapa yang tidak mau. Hahha. Tentu kuiyakan. Jauh sebelum acara es krim itu, sudah ada hal lain yang telah lebih dulu mengisi daftar agendaku di hari yang sama: Jalan Sehat bersama Sahabat Rakyat. Itu loh, acaranya salah seorang calon presiden. Karena ada doorprize yang menggiurkan, juga sudah kupastikan untuk ikut. Jadilah hari mingguku tidak seperti minggu biasanya. Kalau biasanya aku akan tidur sepuasnya sampai matahari mungkin jengkel melihatku karena tidak segera menyapanya, maka minggu ini aku bahkan sudah mandi di pagi-pagi b

Sehari Bersama FLP

Gambar
Seperti judulnya, tulisan ini bercerita tentang bagaimana hari selasaku di pekan ini kuhabiskan bersama kawan-kawan FLP. Baiklah. Ceritanya bermula ketika sebuah pesan singkat. Sebetulnya bukan sebuah, tapi beberapa kontak yang berbeda mengirimkan satu pesan dengan isi yang sama. Yah. Merekalah kawan-kawan FLP (dalam hal ini adalah senior karena akulah kader termuda yang hadir. Hahha *dengan nada antagonis). Pesan yang masuk ke inboxku berisi ajakan untuk menghadiri talkshow di salah satu TV lokal; Kompas. Awalnya aku menolak karena alasan kuliah yang sangat padat. Tapi setelah melalui pertimbangan dan perdebatan yang cukup alot dengan diri sendiri, akhirnya aku mengiyakan ajakan itu. Jadilah aku bolos tiga mata kuliah dari empat mata kuliah yang ada di hari selasa ini. Mengingat ada tiga kali toleransi alpa dan belum sekalipun kugunakan hakku itu, maka dengan ringannya kaki ini mengambil langkah pendek dan cepat menuju ipteks sebagai titik pertemuan kami sesama anak-anak

Apa Saja

Lama sekali jemari ini tidak menyapa tuts keyboard laptop dan menumpahkan segala yang ada di hati dan di kepala ke dalam ruang tulis ini. Sebabnya? Ada segudang. Kesibukan tentu menjadi alasan. Kuliah dan segunung tugas. Belum lagi jam terbang yang cukup padat *seperti merpati saja. Anggap saja seperti itu. Wkwk. Iya. EBS menjadi penyita nomor satu hari-hariku setelah kuliah. Bahkan mungkin menyaingi kuliah. Terlalu asik meng-kepo-i segala kegiatan yang ada di unhas dan terlalu asik menyiarkannya melalui mic, mixer, pemancar (dan segala yang berhubungan dengan perangkat radio) membuatku melupakan aktivitas menulis di depan layar. Harus kuakui, memang akulah yang sepertinya sama sekali tidak meluangkan waktu untuk itu. Saat tulisan ini dibuat pun karena suaraku sedang tidak bisa mengudara gara-gara perangkat radio EBS yang sedang bermasalah. Sedih. Tentu saja. Menyiar sudah menjadi hobiku. Sudah seminggu aku tidak melakoni rutinitasku itu. Tapi ada baiknya juga. Akhirnya ada ruang untun

Dandelion Said..

Gambar
Aku mungkin tak secantik Mawar, Tak sepopuler Tulip, Aku memang tak selangka Sakura, Tak penuh makna seperti Gardenia, Aku memang tak bisa memperindah musim semi (Ingat, aku bahkan tak wangi) Aku sering berada di pinggir jalan, tegak dengan bangganya Tapi, mungkin yang kalian lihat hanyalah rumput liar .. Tapi aku di sana, sebagian diriku, sebagian jiwaku, sebagian hatiku selalu bersama kalian (Mungkin kalian tak sadar) Mencari tempat-tempat indah lainnya Agar dandelion-dandelion baru dapat tumbuh Aku memang bunga liar, lalu kenapa? Hey, aku bangga jadi bunga liar ! Tak sedetikpun aku pernah menyesalinya ...

Pening

Two weeks left! It’s time to back to my routine! I’m coming Unhas! Oksigen yang menyegarkan segera memenuhi paru-paru begitu memasuki kawasan kampus tercinta. Dua pekan menghabiskan hari di kampung halaman tak ayal membuatku merindukan rutinitas sebagai siswa di perguruan tinggi. Sahabat on reach! Pondokan tampak lengang. Hanya seorang kawan yang kudapati telah menghuni pondokan lebih dahulu; Oki. Apa yang terjadi di dalam kamarku? Seperti telah diserbu ribuan penyebar debu dan jamur. Benar-benar penyambutan yang jauh dari anganku. Tentu bukan karpet merah yang kuharapkan. Hanya saja kepalaku seperti telah diberi beban berat yang membuatnya terasa tidak baik-baik saja. Lalu dihadapkan pada kondisi kamar yang tidak seperti harapan. Aku tahu. Ini efek mabuk perjalanan. Bagaimana tidak, sepanjang jalan aku harus menghirup aroma buah berduri bernama Durian yang berada di mobil yang sama. Sungguh ini bukan perjalanan yang menyenangkan. Belum lagi rasa pening di kepalaku me

Empat Kali Menetas

Sudah sepekan kuhabiskan hariku di kampung halaman. Yah. Sebuah desa kecil yang berada di perbatasan provinsi selatan dan barat Pulau yang di peta menyerupai huruf K –desa Pangaparang yang belum setahun memekarkan diri dari dusun. Tak ada perubahan yang begitu signifikan kudapatkan dari tempat pertama kaliku menjenguk bumi ini. Orang-orangnya masih sama –ramah dan perhatian. Hanya saja sudah mulai banyak kudapati rumah yang kerap kali orang sebut “ruko”. Sebuah bukti kemajuan, mungkin. Yang di desa pun akan selalu meniru apa yang ada di kota sana. Kuharap kepribadian mereka tak ikut tergerus bersama bangunan-bangunan baru itu. Semoga. Pulang ke kampung halaman tentu sudah menjadi ritual wajib bagi para manusia penimba ilmu perguruan tinggi di setiap akhir semester. Tidak terkecuali aku. Sudah lebih empat bulan aku tidak menghirup udara kampung yang telah menjadi saksi selama belasan tahun aku bernapas. Kalau kususun dalam cerita bagaimana kronologi aku akhirnya tiba di ruang keluarg