Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Hujan

Langit tampak murka. Ia menumpahkan bulir-bulir bening bernama hujan dari awan yang sedari tadi kelam. Aku masih bergeming di tempat ini, di halte ini. Berlindung dari tajamnya seranganmu, hujan. Pikiranku seketika dibanjiri oleh hujan. Dulu aku teramat mencintai hujan. Saat hujan beradu dengan atap, nada-nada yang dihasilkannya sangatlah menenangkan dan terasa damai. Sesaat setelah hujan, maka aku bisa menghirup aroma tanah basah dan rumput basah yang bagai menghipnotisku. Banyak energi positif yang terhantar dalam tubuh ini saat cairan bening itu menjatuhkan diri. Entah apa yang membuatku merasakan hal itu. Yang kutahu, hujan seperti memberi magis. Aku banyak menyukaimu hujan, tapi itu dulu. Kini kau mulai menjelma menjadi sebuah ketakutan. Sesuatu yang tak lagi kudamba kedatangannya. Sesuatu yang membuatku bahkan banyak orang merasa kau akan membawa pedih. Aku tahu, ini bukan salahmu. Tentu kau tak tahu apa-apa. Kau hanya diutus untuk turun membasahi jagad raya ini dengan m

Hemat Tisue

Menjadi pribadi yang bersih dan jauh dari kuman merupakan impian semua orang. Berbagai hal pun dilakukan untuk bisa mewujudkannya. Termasuk dalam merawat kebersihan kulit. Banyak di antara kita menggunakan tisue untuk tetap menjaga kebersihan kulit. Bahkan bisa dikatakan penggunaan tisue semakin hari semakin meningkat. Dalam beberapa kesempatan, mungkin tisue bia digantikan dengan sapu tangan agar bisa menghemat tisue. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam pembuatan tisue harus mengorbankan pohon untuk ditebang sebagai bahan dasarnya. Dengan semakin seringnya menggunakan tisue, itu artinya semakin banyak pula pohon yang harus ditebang. Dengan semakin banyaknya pohon yang ditebang maka pasokan oksigen pun akan berkurang dan tidak ada yang menetralisir karbondioksida. Kalau sudah begitu, maka tentu saja akan berdampak pada lingkungan kita yang sering disebut dengan efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan global warming . Tentu saja kita masih ingin melihat bumi kita dal

Email vs Kertas

Semua manusia di muka bumi ini pasti pernah mengalami yang namanya proses belajar. Belajar merupakan cara untuk mengetahui yang tadinya belum diketahui menjadi diketahui. Banyak cara yang ditempuh untuk belajar dan banyak pula hal yang ingin dipelajari. Entah itu belajar tentang hidup dengan cara melakoni peran masing-masing atau belajar di dunia yang sering kita sebut bangku formal. Nah, kalau membahas mengenai proses belajar mengajar di bangku formal tentu tidak lepas kaitannya dengan media yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran hingga tugas-tugas yang harus dilakukan sebagai anak didik. Proses belajar mengajar di kelas semakin hari semakin mengalami pergeseran seiring dengan perubahan zaman. Di masa beberapa tahun silam, anak didik akan mendapatkan materi dengan menyalin apa yang ditulis oleh pengajar di papan tulis. Kemudian berganti ke masa dimana anak didik juga memiliki buku ajar yang sama dengan pengajar. Jadi, fungsi papan tulis mulai tergantikan dari yan

Sederhana = Hemat

Hidup di kota orang sebagai pengembara ilmu dengan sebutan ‘mahasiswa’ bukanlah hal yang mudah. Terutama menjadi anak kos-kosan. Segalanya dijalani penuh dengan kesederhanaan. Sebagian besar melakukan pekerjaan yang mungkin dulunya tidak dilakukan sendiri kini harus dengan tangan sendiri. Segala yang bersangkutan dengan anak kosan memang sangat identik dengan kata ‘sederhana’. Termasuk menempati hunian yang sangat sederhana, makan makanan yang jauh dari kata mewah, dan hidup dengan segala keterbatasan. Yah. Seperti itulah diriku. Segala kesederhanaan yang menempel pada diriku sebagai anak kosan semakin lengkap saja dengan menjadi salah seorang mahasiswa yang mengandalkan kekuatan otot betis untuk berjalan dari kosan menuju kampus. Sudah lebih dari satu tahun kedua kakiku harus menerima kenyataan dan bersabar menghadapi situasi ini. Memang sudah menjadi pilihanku untuk melakoni hal ini. Jarak dari kosan ke kampus yang terbilang tidak terlalu jauh membuatku memutuskan untuk menj