Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Serba Serbi

Menjadi mahasiswa semester tiga seperti mengingat kembali setahun silam, saat menjadi maba. Betapa tidak, setiap semester ganjil kampus akan diramaikan dengan wajah-wajah baru. Seperti tahun ini, saat tahun keduaku menjadi mahasiswa. Seketika aku terlempar ke saat-saat masih sangat baru-barunya mengenal dunia kampus. Setelah kuliah berakhir, kami akan dijemput oleh para senior dari divisi pengaderan. Digiring ke suatu tempat yang saat itu sangat terasa asing dan menakutkan. Kami menamai aksi itu “penculikan”. Kadang pula kami bersembunyi di kantor jurusan demi menghindari kejaran para senior yang sungguh sangat menakutkan. Rasanya hak untuk merasakan kebebasan di kampus direnggut oleh mereka; para senior yang selalu saja membuat kami para maba tunduk dan patuh pada setiap kata yang keluar dari mulut mereka; berjalan dengan merapatkan dagu dan leher karena begitu segannya lewat di hadapan senior. Mengadu dan berlindung pada dosen adalah langkah yang selalu kami ambil. Sunggu

Tahun Ke-2

Gambar
Tahun kedua menjadi mahasiswa di fakultas sastra, lebih tepatnya mahasiswa Sastra Inggris semester tiga jauh lebih melegakan. Betapa tidak, membayangkan wajah para maba yang kebingungan mencari ruangan P2MB dan wajah yang manut pada setiap kata dan ulah senior adalah hal yang sangat konyol. Sama sepertiku dulu. Hari ini, saat proses P2MB masih berjalan, kuputuskan untuk menginjak kampus merah setelah sebulan lebih hengkang dari dunia yang berbau kampus. Tidak ada yang berubah. Pepohonan rindang nan sejuk tetap memenuhi setiap sisi dari kampus yang katanya akan menuju World Class ini. Kususuri jalan yang selama setahun kulalui dengan langkah maksimalku. Kampus sepi. Tentu saja. Kuliah memang belum dimulai. Hanya tampak beberapa manusia yang dibalut dengan pakaian hitam putih. Serupa dengan kotoran cicak. Haha. Sedikit jorok memang. Tapi begitulah orang-orang di sekitarku menyebuut kostum tahunan itu. Studio EBS menjadi tujuan langkahku setelah memasuki area yang dipenuhi

17-an di Kampoengkoe

Gambar
Enam puluh delapan tahun Indonesia mencecap kemerdekaan. Itu artinya sudah lebih dari setengah abad Indonesia bebas dari penjajahan kolonial. Memikirkan hal itu membuatku melambung ke masa-masa sulit warga Indonesia ketika harus memperjuangkan kemerdekaannya. Aku bisa membayangkan kondisi mereka melalui buku-buku sejarah yang kubaca sejak belajar di Sekolah Dasar. Memang miris kalau membayangkan betapa kerasnya penderitaan nenek-nenek kita di masa itu. Tapi aku sangat kagum akan gigihnya perjuangan mereka dalam merampas dan mempertahankan kemerdekaan. Sudah menjadi ritual wajib setiap tahunnya merayakan upacara 17-an di seluruh pelosok tanah air. Tidak terkecuali di kecamatanku, kecamatan Lembang   –kecamatan yang berada di sebuah kabupaten yang sangat kaya akan sumber daya alamnya yang bernama Pinrang yang merupakan bagian dari daerah Sulawesi Selatan. Sebuah kebiasaan yang sejak aku kecil masih dijaga hingga saat ini ialah menyambut perayaan 17 Agustus. Selama satu minggu